-->

Kiat Mencari Berkah Bagian Ke 13

Kiat untuk menggapai keberkahan : Tawakkal kepada Allah

Bila di atas dijelaskan, bahwa di antara penyebab diberkahinya rezeki kita adalah bekerja dan senantiasa merasa puas dengan rezeki yang telah Allah berikan kepada kita, maka satu hal lagi yang menjadi kunci keberkahan, yaitu senantiasa ber-tawakkal kepada Allah dalam urusan rezeki.

Hendaknya seorang muslim senantiasa beriman dan yakin bahwa rezekinya telah ditentukan dan ditakdirkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Setiap anak manusia yang terlahir ke dunia ini, terlahir dengan membawa takdir rezekinya masing-masing. Bahkan, sejak pertama kali ruhnya ditiupkan ke dalam raganya, ketika ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya, Allah telah memerintahkan seorang mailakat untuk menuliskan rezekinya.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَبْعَثُ الله مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ وَيُقَالُ له اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِيٌّ أو سَعِيدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فيه الرُّوحُ - متفق عليه

"Sesungguhnya, penciptaan salah seorang darimu disatukan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah / air mani), kemudian berubah menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian berubah menjadi sekerat daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk menuliskan empat hal, dikatakan kepada malaikat itu, 'Tulislah amalannya, rezekinya, ajalnya, sengsara atau bahagia', kemudian ditiupkan ruh padanya." (HR. Muttafaqun 'alaih).

Oleh karena itu, tidaklah kita mati dan meninggalkan kehidupan dunia ini, melainkan setalah kita mengenyam seluruh rezeki kita.

لا تستبطئوا الرزق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا في الطلب: أخذ الحلال، وترك الحرام

"Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu terlambat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya, maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram." (HR. Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan al-Hakim, serta dishahihkan oleh al-Albani).

Bila kita telah memahami hal ini, niscaya kita tidak akan pernah ditimpa gundah atau tekanan batin karena memikirkan rezeki atau penghasilan. Kita akan bekerja mencari rezeki dengan tenang dan hati yang sejuk serta jauh dari rasa was-was.

Hal ini bukan berarti kita berpangku tangan dan bermalas-malasan, dengan alasan tawakkal dan menanti datangnya rezeki yang telah ditakdirkan. Akan tetapi, kita tetap menjalankan usaha yang halal dengan sekuat tenaga dan daya yang kita miliki, adapun hasilnya, maka kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.

Betapa indah permisalan yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang seorang mukmin yang beriman dan ber-tawakkal kepada Allah, yang sedang bekerja sekuat tenaganya untuk mengais rezekinya,

(لو أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ على اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كما يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً (رواه أحمد وغيره

"Andaikata engkau ber-tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan melimpahkan rezeki-Nya kepadamu, sebagaimana Allah melimpahkan rezeki kepada burung, yang (setiap) pagi pergi dalam keadaan lapar dan pada sore hari pulang ke sarangnya dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, dan lain-lain).

Pada hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan praktik tawakkal yang benar dengan burung. Setiap burung pada pagi hari keluar dari sarangnya, dan bekerja terbang ke sana dan kemari mencari rezekinya masing-masing. Tidak ada dari mereka yang berpangku tangan dan bermalas-malasan di sarangnya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada umatnya,

(الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلي اللَّهِ من الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ. احْرِصْ على ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ ولا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فلا تَقُلْ: لو أَنِّي فَعَلْتُ، كان كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللَّهِ وما شَاءَ فَعَلَ؛ فإن لو تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان) رواه مسلم

"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan. Senantiasa berusahalah untuk melakukan segala yang berguna bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah engkau menjadi lemah. Dan bila engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, demikian, niscaya akan terjadi demikian dan demikian.' Akan tetapi, katakanlah, 'Allah telah menakdirkan dan apa yang Ia kehendakilah yang akan Ia lakukan, karena ucapan "seandainya" akan membukakan (pintu) godaan setan." (HR. Muslim).

Demikianlah seyognyanya seorang mukmin yang ber-tawakkal. Ia bekerja dengan sekuat tenaga dan kemampuan yang ia miliki dengan disertai keimanan yang teguh dan tawakkal yang bulat kepada Allah. Dengan cara inilah Allah subhanahu wa ta'ala akan melimpahkan rezeki dan keberkahan kepada kita, dan dengan cara inilah kita akan berhasil menggapai janji Allah,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang ber-tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah (berkuasa untuk) melaksanakan urusan yang dikehendakai-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap urusan." (Qs. ath-Thalaq: 2-3).
LihatTutupKomentar