-->

Nasehat Indah Imam Al-Zamakhsyari

Nasehat Indah Imam Al-Zamakhsyari
Imam Al-Zamakhsyariy merupakan salah seorang ulama yang kitabnya banyak menjadi acuan kaum Muslimin. Beliau memiliki wawasan luas, bahkan beliau disebut sebagai Al-Imam al-Kabir (Imam Besar) dalam bidang tafsir al-Qur’an, hadits Nabi, gramatika, filologi, dan seni deklamasi (elocution). Karyanya meliputi bidang hadits, tafsir, gramatika, bahasa, retorika, dan lain sebagainya. Ia merupakan ulama bermadzhab Hanafi.  Nama lengkap beliau adalah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Umar al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari.

 Ia lahir pada tanggal 27 Rajab 467 H, bertepatan dengan tahun 1074 M di Zamakhsyar, suatu desa di Khawarizmi, terletak di wilayah Turkistan, Rusia. Itu sekilas mengenai Imam Az-Zamakhsyari. Kita akan mengambil pelajaran beberapa kalam hikmah yang berasal dari beliau, sebagaimana yang tercantum didalam karya beliau bernama Athwaq al-Dzahab fiy al-Mawa'idh wa al-Khutab :

يا عبد الدينار والدرهم متى أنت عتيقهما، ويا أسير الحرص والطمع متى أنت طليقهما. هيهات لا عتاق إلا أن تكاتب على دينك الممزق، ولا إطلاق أو تفادي بخيرك الملزّق.


"Wahai orang yang diperbudak oleh Dinar dan Dirham, bilakah kau dimerdekakan ? Wahai orang yang tertawan oleh kerakusan dan ketamakan, bilakah kau dibebaskan ? Mustahil kau dapat merdeka jika tak kau tambal agamamu yang sudah robek. Mustahil kau akan lepas jika bukan dengan kebaikanmu yang terikat".

يا من يشبعه القرض، ما هذا الحرص. ويا من ترويه الجرع، ما هذا الجزع. ستعلم غداً إذا تندّمت، أن ليس لك إلا ما قدمت. وإذا لقيت المنون، لم ينفعك مال ولا بنون. ما يصنع بالقناطير المقنطرة، عابر هذه القنطرة، وما يريد من البهجة والفرحة، نازل ظلّ هذه السرحة


"Wahai orang yang kenyang dengan harta riba. Kerakusan macam apa ini?. Wahai orang yang puas dengan seteguk air. Kepuasan macam apa ini?. Kelak kau akan mengetahui saat penyesalan tiba. Bahwa tak ada yang menemanimu kecuali amalanmu. Dan jika sang maut menyapamu. Tak berguna anak maupun harta. Apa yang bisa diperbuat dengan segunung harta yang melimpah. Untuk meniti jembatan maut ini (Shirath). Apa yang bisa diharapkan dari kebahagiaan dan kesenangan sesaat. Jika akhirnya harus terjatuh dalam kesengsaraan abadi".

Referensi:Nadatul Iman
Redaktur  : AR
Dikutip:Dakwah Syariah
LihatTutupKomentar